Friday, June 6, 2014

Ketua MUI Menentang PDIP Mematai Khatib

Jakarta, SMS - Ketua Majelis Ulama Indonseia (MUI) Pusat, KH Cholil Ridwan, menentang upaya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menginstruksikan kadernya Memata-Matai para khatib Jum’at untuk memantau kemungkinan adanya ‘Kampanye Hitam’ di dalam masjid.
Sikap PDIP yang mau menjalankan aksi Intelijen terhadap masjid-masjid tersebut, dinilai Kiai Cholil sebagai warisan Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba) untuk mengembalikan Indonesia ke Era Otoriter, dimana saat itu khatib di masjid selalu diawasi dan bahkan harus mendapat persetujuan pihak keamanan. Bahkan Kiai Cholil menegaskan, bahwa kelompok yang memata-matai khatib adalah musuh Islam. "Dan umat supaya sadar bahwa partai yang memata-matai khatib adalah musuh Islam dan musuh umat Islam," tegas KH Cholil Ridwan, melalui pesannya yang dikirim kepada media Suara Islam Online, baru-baru ini.
Kiai Cholil juga menghimbau, agar umat Islam tidak memilih Calon Presiden dari Partai yang memusuhi umat Islam. "Oleh karena itu jangan pilih Capresnya. Pilihlah Capres yang didukung oleh empat partai Islam," pesan Kiai Cholil. Sementara itu, sebelumnya, salah satu anggota tim sukses Jokowi-JK, Eva Kusuma Sundari, tidak menampik bahwa timnya menjalankan aksi intelijen untuk mengawasi adanya kampanye hitam dalam khotbah Jumat di masjid. Seperti telah tersebar di jejaring sosial twitter, Ketua DPC PDIP Jakarta Timur, sudah menginstruksikan anak buahnya yang Muslim untuk mendatangi salat Jumat dan mengawasi para khatib.
Dilain pihak, di tempat terpisah, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kendatipun berada dalam koalisis PDIP yang mengusung Capres Jokowi dan Cawapres Jusuf Kalla, ternya mengambil sikap berbeda dengan teman koalisinya itu. Bila PDIP sudah  menginstruksikan kadernya untuk menjalankan salat Jumat dan mengawasi khatibnya, Cak Imin, panggilan akrab Muhaimin, menyatakan, pengawasan khutbah Jumat tidak perlu dijalankan namun ia menghimbau para khatib untuk lebih menjaga isi khutbahnya. "Memata-matai khutbah itu tidak perlu, kurang kerjaan. Tapi kita perlu menghimbau para khatib tidak memanfaatkan khutbah untuk menyebar kebencian," kata Muhaimin disela kunjungan ke Balai Besar Latihan Ketransmigrasian, di Yogyakarta.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Saleh Daulay, mengatakan, tindakan pengawasan masjid akan menimbulkan kesan adanya fregmentasi sosial di tengah-tengah masyarakat. "Selain itu, bisa juga menimbulkan kesan seolah-olah para khatib selama ini dijadikan sebagai agen politik dari suatu kepentingan politik tertentu. Padahal, fungsi masjid adalah tempat suci dimana orang berupaya mendekatkan diri pada sang pencipta. Saya khawatir, ini bisa dilihat masyarakat sebagai upaya pengembalian rezim otoriter dengan masuknya intervensi ke rumah-rumah ibadah" kata Saleh, kepada para wartawan, juga ditempat terpisah dan waktu berbeda, di Jakarta Sedengkan salah seorang anggota Tim Sukses Jokowi-JK, Eva Kusuma Sundari, mengatakan, pihaknya melakukan pengawasan terhadap masjid-masjid karena dikhawatirkan jadi tempat kampanye hitam. "Karena memang serangan kepada Jokowi-JK di masjid-masjid sangat intensif," kata Eva, seperti dikutip RMOL.(red/sms)